Pada edisi kali ini kami akan
sajikan sebuah artikel yang kami ambil dari pelbagai sumber mengenai sosok
fenomenal yang sangat di kagumi oleh kaum syiah. Edisi ini kami muat agar kaum
muslimin tahu bahwa pelopor aliran syiah adalah bukan orang yang patut diikuti.
Sehingga menjadi pukulan bagi kaum syiah,bahwa syiah berdiri bukan berlandaskan
kebaikan. Dan semakin jelaslah bahwa syiah adalah musuh islam.
***
Ayatollah
Khomeini, lahir 17 Mei 1900 di Khomeyn Iran. Ia kemudian lebih
masyhur dengan sebutan “Khomeini” sempena mengambil nama kampung kelahirannya
di Khomeyn. Dengan ilmu yang dimilikinya, ia kelak diberi gelar sebagai
“Ayatollah” yang menandakan sebagai seorang yang berilmu dan pemimpin keagamaan
dalam agamanya.
Peran
dan keberhasilannya dalam menumbangkan rezim Shah Pahlevi tahun 1979 tak
diragukan lagi. Semua orang pun tahu, dan karenanya sosok ini banyak
dielu-elukan. Namun, ada sisi lain dari sang tokoh yang mungkin jarang
diungkap. Kami paparkan beberapa hal terkait dengan penyimpangan Ayatullah Khomeini
yang dikutip dari buku-buku karyanya sendiri. Diantaranya :
1. Kedudukan
Imam-imam Syiah Lebih Terhormat daripada para Nabi
Sebagai
penganut Syiah, Khomeini dalam mengamalkan keyakinannya lebih cenderung memilih
pendapat orang-orang yang ekstrem di kalangan para penganut Syiah. Di antara
yang menunjukkan hal tersebut adalah perkataannya yang ia sandarkan kepada
orang-orang Syiah yang ekstrem dalam menetapkan keutamaan para wali mereka
hingga melebihi keutamaan para nabi Allah dan rasul-rasul-Nya.
Khomeini
berkata, “Sesungguhnya di antara hal yang termasuk paling urgen dalam
madzhab kami, bahwasanya imam-imam kami memiliki kedudukan yang tidak bisa
dicapai oleh para malaikat yang didekatkan dan tidak pula para nabi yang
diutus…. Telah diriwayatkan dari mereka ‘alaihimus salam(imam-imam
Syiah-pent.) “Bagi kami keadaan-keadaan tertentu bersama Allah yang tidak dapat
dicapai oleh para malaikat yang didekatkan, demikian pula para nabi yang
diutus.” (Lihat al-Hukumah al-Islamiyah hal. 52, karya
Khomeini).
Khomeini juga
berkata tentang salah seorang imam mereka yang hingga saat ini masih gaib dan
terus ditunggu-tunggu, “Telah datang para nabi seluruhnya untuk meneguhkan
prinsip-prinsip keadilan, tapi mereka tidak berhasil. Bahkan Nabi Muhammad
sekalipun, penutup para nabi yang datang untuk memperbaiki kehidupan
manusia. Sesungguhnya, orang yang akan berhasil mewujudkan hal tersebut
hanyalah al-Mahdi al-Muntazhar.” (Di antara isi khutbah Khomeini yang
disampaikan dalam acara peringatan Maulid al-Mahdi pada tanggal 15 Sya’ban 1400
H).
Demikian pula,
Khomeini telah menyematkan bagi imam-imam Syiah dengan sifat-sifat ketuhanan.
Khomeini berkata, “Sesungguhnya atas para imam kedudukan yang terpuji dan
khilafah yang terbentuk. Tunduk terhadap pemerintahan dan kekuasaannya semesta
alam.”
Adapun para
nabi, maka Khomeini menyifati mereka ‘alaihimus salam dengan
sifat lemah. Khomeini berkata, “Dan kita katakan bahwasanya para nabi belum
diberi taufiq dalam melaksanakan maksud dan tujuan mereka diutus. Dan
bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengutus di akhir
zaman seseorang yang akan menyelesaikan malasalah-masalah para nabi.” Seseorang
yang mereka maksudkan adalah imam mereka yang masih gaib.
2. Khameini
Menolak Peribadahan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
“Sesungguhnya
kami tidak menyembah Ilah (sembahan) yang mendirikan bangunan yang tinggi untuk
ibadah, keadilan, dan agama, kemudian Ia menghancurkannya sendiri. Kemudian Ia
mendudukkan Yazid, Mu’awiyah, dan Utsman, dan selain mereka dari golongan
orang-orang yang melampaui batas terhadap manusia dalam pemerintahan. Dan Ia
tidak pula menentukan nasib ummat setelah wafatnya nabi-Nya.” (Lihat Kasyf
al-Asrar, hal. 123, karya Imam Ayatullah Khameini).
Khomeini
dengan jelas mengumumkan bahwasanya ia tidak menyembah Allah Ta’ala yang tidak
mampu memenuhi permintaan-permintaan dan angan-angannya. Pernyataan Khomeini di
atas ia tujukan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pernyataan yang sangat jauh
dari adab, penyucian dan pengagungan terhadap-Nya
3. Khomeini
mengafirkan seluruh sahabat dan Ahlus Sunnah
Khomeini
mengafirkan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam dan menyifati
mereka dengan an-Nawashib, bahkan Khameini memilih pendapat yang paling ekstrem
dari pengikut-pengikut Syiah dalam hal bermuamalah dengan mereka, yaitu dianggap
sebagai kafir harbi (kafir yang harus diperangi). Khomeini
berkata, “Pendapat yang paling kuat adalah mengikutkan an-nashib dalam golongan
kafir harbi dalam hal bolehnya memanfaatkan apa saja yang dia usahakan, dan hal
ini telah termasuk khumus (1/5 bagian dari harta yang wajib
dikeluarkan oleh orang Syiah-pent.). Bahkan yang nampak secara nyata adalah
bolehnya menjarah hartanya di mana saja dan bagaimana pun bentuknya, dan
wajibnya mengeluarkan khumusdarinya.” (Tahrir al-Wasilah, I/352).
Lalu siapakah
yang Khomeini maksudkan sebagai an-nawasib? Mereka adalah Anda para pembaca
yang Sunni, dan kita seluruhnya Ahlussunnah wal Jama’ah.
Khameini juga
berkata, “Adapun Nawashib dan Khawarij—semoga Allah melaknat kedua golongan
ini—keduanya tidak diragukan lagi adalah najis.” (Lihat, Tahrir
al-Wasilah).
4 Keyakinan
Khomeini: Pengaruh bintang dan hari-hari tertentu terhadap aktivitas manusia
Khomeini
meyakini bahwa terdapat hari-hari sial dalam setiap bulan, di mana setiap
penganut Syiah wajib untuk menghentikan segala aktivitasnya. Dan bahwsanya
pergeseran bulan ke rasi bintang tertentu menimbulkan pengaruh negatif terhadap
aktivitas manusia. Maka orang-orang Syiah wajib untuk menghentikan setiap
kegiatan yang telah mereka rencanakan hingga bulan melewati rasi bintang
tersebut.
Keyakinan
semacam ini jelas mengeluarkan orang yang meyakininya dari lingkup iman,
sebagaimana telah diketahui oleh siapa pun yang telah belajar akidah, pemula
sekalipun.
Hal yang
menunjukkan akidah Khameini yang kufur ini adalah pernyataannya dalam
bukunya Tahrir al-Wasilah, 2/238, “Makruh hukumnya untuk
mengadakan akad nikah sementara bulan sedang berada pada rasi bintang Scorpio,
atau pada akhir bulan, atau pada salah satu hari-hari sial dalam setiap bulan
yang terdiri dari tujuh hari, yaitu; hari ke-3, hari ke-5, hari ke-13, hari
ke-16, hari ke-21, hari ke-24, dan hari ke-25. Demikianlah pada setiap bulan.”
Beginilah sisi
lain dari pemimpin revolusi Syiah Iran, sang tokoh yang banyak dielu-elukan,
ternyata akidahnya menyimpang jauh dari Islam.
Bersambung…..
0 Response to " Mengenal lebih dekat Khomeini (1) "
Posting Komentar