Anakpondok-id.net | Telah sampai kepada kita, riwayat-riwayat orang-orang salaf, sesuatu yang tidak dapat dinalar oleh akal fikiran orang zaman sekarang, yakni mengenai kewara’an mereka dan ketakwaannya.
Dinukil dari sebuah kisah bahwa Iman Nawawi tinggal di negeri Syam, hidup dan wafat di sana, kendati demikian beliau belum pernah merasakan buah-buahan dari negeri Syam tersebut. ketika beliau ditanya mengapa dia berbuat demikian, maka jawab beliau, “Sesungguhnya di sana ada kebun-kebun wakaf yang hilang, dan aku khawatir makan dari harta wakaf tersebut”.
Karena kewara’an beliau ini, maka Allah swt membukankan pintu hatinya. Banyak orang mengutip suatu kejadian ajaib dari Iman Nawawi.
Suatu ketika lampunya padam karena kehabisan minyak. Tiba-tiba jari-jari tangannya mengeluarkan cahaya sehingga beliau dapat menulis di bawah cahaya yang keluar dari jari-jarinya tersebut (karamah -red).
Beliau banyak menyusun tulisan-tulisan yang tidak dapat diper caya oleh akal kalau tulisan-tulisan itu adalah hasil karya seorang manusia. Sebagian dari kitab yang beliau tulis tersebut ditetapkan sebagai buku rujukan di Program Doktoral, Pasca Sarjana di perguruan tinggi sekarang. Coba kalian kira-kira berapa banyak buku yang telah disusun beliau sejak saat dilahirkan sampai wafatnya, kemudian karangan tersebut coba dibagi dengan hari-hari kehidupan beliau. Perlu diketahui bahwa beliau hanya diberi usia 42 tahun oleh Allah swt. Bagilah seluruh kitab-kitabnya (lembar halamannya) dengan umur-umurnya (hari-harinya), maka akan kalian dapati bahwa setiap harinya beliau mampu menghasilkan satu karangan.
Wara’ itu menimbulkan kekuatan hati dan mewariskan keperkasaan. Ketika Zhahir Beibres (penguasa Syam) meminta fatwa ulama agar kaum muslimin mengumpulkan harta untuk membeli senjata. Maka seluruh ulama’ Syam memberi fatwa tersebut kecuali Imam Nawawi. Lantas Zhahir Beibres mencerca Imam Nawawi karena hal itu. Kata Zhahir, “Saya hendak menyingkirkan musuh-musuh Allah dan menjaga wilayah Islam. Lalu mengapa engkau tidak mau memberikan kepadaku fatwa supaya kaum muslimin mengumpulkan harta untuk membeli persenjataan?” Beliau menjawab, “Sungguh dahulu engkau datang kepada kami sebagai hamba sahaya yang tidak punya harta sedikitpun, sekarang saya lihat di sekelilingmu ada pelayan-pelayan laki-laki, pelayan-pelayan perempuan, istana-istana dan sawah ladang yang luas. Padahal itu bukan hartamu. Maka jika engkau jual itu semua untuk membeli senjata, lalu setelah itu engkau masih membutuhkan lagi, maka saya akan memberi fatwa kepadamu supaya mengumpulkan harta kaum muslimin”. Zhahir berteriak karena marahnya, “Keluar engkau dari negeri Syam”. Maka beliau keluar dari negeri Syam ke desa Nawa. Tidak lama setelah keluarnya Imam Nawawi dari negeri Syam para ulama negeri Syam berbondong-bondong menemui Zhahir Beibres dan berkata, “Kami tak dapat berbuat apa-apa tanpa izin Muhyiddin An Nawawi”. “Jika demikian halnya, kembalikan ia (ke Syam)”, kata Zhahir. Kemudian mereka membujuk beliau agar mau kembali ke Syam. Namun beliau berkata, “Demi Allah, aku sekali-kali tidak akan memasukinya selama Zhahir masih ada di sana”.
Keperkasaan, ketinggiaan… Apa sebenarnya kunci yang menjadikan hati dapat bersikap sedemikian gagahnya? Apa sebenarnya yang menjadikan jiwa dapat melambung demikian tingginya?
Itulah wara’ yang menjadi kuncinya (dengan izin Allah) yang menumbuhkan kegagahan, keperwiraan serta kekuatan. Hati yang dihiasi dengan sifat wara’ adalah hati yang gagah, berani, kuat, dan perkasa. Adapun hati yang bergelimang dalam syahwat dan syubhat adalah hati yang lemah, sakit dan gemetar melihat polisi yang lewat di jalan karena menyangka polisi tersebut mengamat-amatinya. Adapun orang yang memiliki hati yang benar, dada yang lapang, hati yang tumbuh di atas sifat wara’, maka hati seperti ini akan besar dan kuat.
Kemudian Allah mengabulkan sumpah Imam Nawawi, tak lama sesudah itu yakni sesudah Imam Nawawi mengucapkan sumpahnya, Zhahir Beibres mati. Maka kembalilah Imam Nawawi ke negeri Syam.
sumber:lasdiopo.co
0 Response to " Inilah Contoh Sifat Wara' Imam Nawawi "
Posting Komentar