Oleh
Syaikh DR. Abdul Bâri ats-Tsubaiti
Kekayaan dan kemiskinan merupakan ujian dari Allâh Azza wa Jalla terhadap para hamba-Nya. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Dan sungguh menakjubkan keadaan seorang Mukmin, jika ditimpa kesulitan dan penderitaan, ia bersabar, sehingga itu menjadi kebaikan baginya. Jika mendapatkan kesenangan dan kegembiraan, ia bersyukur, sehingga itu juga menjadi kebaikan baginya.
Adanya perbedaan rezeki ini juga menyebabkan roda kehidupan berjalan normal. Yang kaya bisa mempekerjakan yang miskin dengan upah, sehingga kebutuhan masing-masing bisa terpenuhi dengan baik. Si kaya membantu si miskin dengan hartanya, sementara si miskin membantu dengan keahliannya.
Jika Allâh Azza wa Jalla menguji seorang hamba dengan kemiskinan maka sabar merupakan ibadah termulianya. Barangsiapa sempit rezekinya dan kehidupannya susah, maka janganlah ia berkecil hati, karena kehidupan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mayoritas para Shahabat yang mulia juga pas-pasan bahkan dalam kekurangan. Perhiasan dunia yang akan sirna ini tidak pantas untuk disedihkan tatkala luput.
إِذَا نَظَرَ أَحَدُكُمْ إِلَى مَنْ فُضِّلَ عَلَيْهِ فِي الْمَالِ وَالْخَلْقِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْهُ مِمَّنْ فُضِّلَ عَلَيْهِ
فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ
Maka hal itu lebih layak menjadikan kalian agar tidak meremehkan karunia Allâh Azza wa Jalla kepada kalian
Sungguh Islam telah menyeru orang-orang faqir sebagaimana Islam menyeru orang-orang kaya supaya mereka mendidik jiwa mereka agar menjadi jiwa yang kaya, dengan mengekang nafsunya, mengaturnya sehingga bisa menggapai sifat qanâ'ah dan ridha terhadap pemberian Allâh Azza wa Jalla meskipun dianggap sedikit. Apapun yang telah Allâh Azza wa Jalla tetapkan sebagai bagianmu tidak akan pernah luput darimu. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
وَارْضَ بِمَا قَسَمَ اللهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ
Ridhalah dengan apa yangAllâh Azza wa Jalla bagikan untukmu maka engkau akan menjadi manusia terkaya [HR. At-Tirmidzi]
Yang terkait batin yaitu hendaknya ia tidak membenci ujian Allâh Azza wa Jalla kepadanya berupa kemiskinan.
يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ
Sedangkan adab dalam pergaulan, hendaknya ia tidak merendahkan diri dihadapan orang kaya hanya karena kekayaan mereka. Jika ada kebenaran yang harus disampaikan, maka dia harus menyampaikannya, bukan diam atau bersikap pura-pura demi meraih harta si kaya.
Adapun adab dalam aktifitas harianya, hendaknya ia tidak malas dalam beribadah hanya karena dia faqir. Juga janganlah kefaqirannya menghalanginya dari bersedekah walaupun sedikit.
Dalam ayat ini Allâh Azza wa Jalla mendahulukan penyebutan sifat faqir para wali-Nya daripada pujian-Nya terhadap hijrah mereka, dan Allâh Azza wa Jalla tidaklah menyifati orang yang dicintai-Nya kecuali dengan sifat yang Allâh Azza wa Jalla cintai. Kalau bukan karena kefaqiran merupakan sifat yang sangat dicintaiAllâh Azza wa Jalla tentu Allâh Azza wa Jalla tidak memuji orang-orang yang Allâh Azza wa Jalla cintai dengan sifat tersebut.
Dari Ibnu 'Abbas Radhiyallahu anhuma dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda :
اطَّلَعْتُ فِي الْجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الْفُقَرَاءُ
Aku melihat surga maka aku lihat mayoritas penghuninya adalah orang-orang faqir" [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]
Meski demikian, Islam berusaha mengatasi kemiskinan dengan menyeru orang-orang kaya untuk berbuat baik serta menyantuni kaum faqir serta berusaha mengangkat kesulitan mereka. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
السَّاعِي عَلَى الْأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِيْنَ كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيْلِ اللهِ وَأَحْسَبُهُ قَالَ وَكَالْقَائِمِ لاَ يَفْتُرُ وَكَالصَّائِمِ لاَ يُفْطِرُ
Seseorang yang berusaha membantu janda dan orang miskin seperti seorang mujahid di jalan Allâh –dan aku menyangka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata- dan seperti seorang yang shalat malam tanpa lelah dan seperti orang yang berpuasa tanpa berbuka" [HR. Muslim]
Diantara doa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
Ya Allâh aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, penjagaan diri, dan kecukupan [HR. Muslim]
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Pekerjaan dengan memproduksi atau keahlian atau pertanian merupakan kemuliaan, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطٌّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ
مَنْ سَأَلَ النَّاسَ أَمْوَالَهُمْ تَكَثُّرًا فَإِنَّمَا يَسْأَلُ جَمْرًا فَلْيَسْتَقِلْ أَوْ لِيَسْتَكْثِرْ
Kemiskinan dianggap sebagai salah satu sebab utama munculnya berbagai perbuatan hina, perzinahan, pencurian, peningkatan angka kriminal, keretakan keluarga, bahkan pembunuhan. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya:
أَيُّ الذَّنْبِ أَكْبَرُ عِنْدَ اللهِ؟ أَنْ تَدْعُوَ للهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ. قَالَ : ثُمَّ أَيٌّ؟ أَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ مَخَافَةَ أَنْ يَطْعَمَ مَعَكَ
Dosa apakah yang terbesar di sisi Allâh? Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Engkau berdoa kepada selain Allâh padahal Allâh Azza wa Jalla telah menciptakanmu." Lalu ditanya lagi, "Kemudian dosa apa lagi?" Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, "Engkau membunuh anakmu karena takut ia ikut makan bersamamu" [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]
وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا
Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allâh Azza wa Jalla sebagai Balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. [Al-Muzammil/73:20]
(Diringkas dari Khutbah Jum'at di Masjid Nabawi di Madinah al-Munawwarah pada 3/7/1435 H )
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 07/Tahun XVIII/1436H/2014. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
0 Response to " Kefakiran Dan Kekayaan "
Posting Komentar