Seorang muslim selain dituntut untuk mempelajari kebenaran, juga harus mengetahui kebatilan. Di dalam Al Qur’an pun Allah ta’ala selain menjelaskan jalan kebenaran (sabilul mu’minin)1 juga menjelaskan jalan kebatilan (sabilul mujrimin)2.
Hal ini menunjukan bahwa seorang muslim harus memahamai kedua hal
tersebut. Sebagaimana yang dipahami oleh sahabat Hudzaifah bin Yaman Radhiyallahu ‘anhu. Beliau berkata “dahulu orang orang bertanya kepada Rosulullah Shallalllahu ‘Alaihi Wasallam tentang kebaikan, dan aku bertanya kepada nya tentang keburukan, karena takut terjerumus kepadanya”.3
Dan betul apa yang dikatakan oleh seorang penyair :
عرفت الشرّ لا للشرّ……………. ولكن لتوقّيه
ومن لا يعرف الشرّ……………. من الناس يقع فيه
“aku mengetahui keburukan bukan untuk berbuat keburukan, akan tetapi untuk menghindarinya.
Dan barangsiapa yang tidak mengetahui keburukan dari manusia, dia akan terjatuh kedalamnya”
Diantara bentuk kebatilan yang sekarang sedang
menjadi isu sentral di masyarakat dunia secara umum dan di masayarakat
indonesia seara khusus adalah isu syiah. Di indonesia sendiri, mereka
sudah membuat keresahan dimana mana. Mereka begitu aktif menyebarkan dan
mendakwahkan ajarannya. Baik dengan tulisan, ceramah, gerakan sosial,
politik, hingga aksi kekerasan pun mereka lakukan demi melancarkan
tujuannya. Berbagai macam teror, intimidasi, keonaran, ancaman dan
lainnya sudah mereka lakukan. Kita pun menyaksikan, banyak kaum muslimin
yang dangkal akidahnya, sudah terpengaruh oleh ajaran mereka.
Maka menjadi penting bagi umat islam indonesia untuk
sedikit banyak mengetahui ajaran ini. Dan di makalah ini –serta makalah
makalah selanjutnya insya Allah– akan dibahas secara ringkas tentang syiah, definisi, akidah, sejarah dan hal yang lainnya. Dengan harapan Allah ta’ala
menyelamatkan diri kita dari syubhat-syubhat mereka. Dan tetap menjaga
diri kita dalam kebenaran ajaran islam yang murni sebagaimana yang
dipahami oleh para pendahulu kita.
Siapakah yang dimaksud dengan syiah
Secara bahasa syiah bermakna kelompok, penolong, dan pengikut4. Adapun secara istilah para ulama berbeda beda5 dalam mendefinisikannya.6
Namun bila dicermati kembali, perbedaan tersebut tidak terlepas dari
keberadaan ajaran syiah yang terus mengalami perkembangan. Syiah di awal
kemunculannya berbeda dengan syiah di jaman jaman setelahnya. Dahulu
tidak lah dinamakan syiah kecuali mereka yang mengutamakan Ali bin Abi
Thalib diatas Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu, 7dengan tetap mengutamakan Abu Bakar dan Umar bin khatab Radhiyallahu ‘Anhu.8
Namun pada masa perkembangannya syiah mengalami
banyak sekali perubahan. Berbagai penyimpangan akidah disusupkan dalam
ajaran syiah. Orang orang yang memiliki kebencian dan dendam kesumat
kepada umat islam bersembunyi dibalik topeng syiah. Sehingga akhirnya
para ulama pun enggan menyebut mereka dengan syiah dan lebih suka
menyebut mereka dengan nama Rafidhah.
Definisi Rafidhah dan sebab penamaannya9
Adapun rafidhah secara bahasa bermakna meninggalkan.
Adapun secara istilah rafidhah adalah suatu aliran yang menisbatkan
dirinya kepada syiah (pengikut) ahlul bait, namun mereka berlepas diri (baro’)
dari Abu Bakar dan Umar bin Khathab, serta seluruh sahabat yang lain
kecuali beberapa dari mereka, juga mengkafirkan dan mencela mereka.
Sebagian ulama menyatakan bahwa sebab penamaan Rafidhah adalah karena mereka meninggalkan dan menolak (rofadho) kepemimpinan (imaamah) Abu Bakar dan Umar. Dengan meyakini bahwa kepemimpinan yang seharusnya sepeninggal Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah ditangan Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhum.
Namun mayoritas ulama menyatakan bahwa penamaan rafidhah bermula pada masa Zaid bin Ali Rahimahullah.
Yang mana ketika itu beliau meyakini bahwa Ali lebih utama dibandingkan
Utsman. Beliaupun masih memberikan loyalitasnya kepada Abu Bakar dan
Umar dan menganggap mereka sebagai manusia terbaik sepeninggal Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Namun ternyata diantara
pengikutnya yang telah berbaiat kepadanya ada sebagian orang yang justru
mencela Abu bakar dan Umar. Maka zaid pun langsung menegur dan
mengingkari mereka, hingga akhirnya mereka berpecah belah dan
meninggalkan Zaid bin Ali. Maka Zaid pun berkata kepada mereka, “kalian
telah meninggalkanku” (rofadhtumuunii), maka sejak saat itulah mereka dikenal dengan nama Rafidhah.
Syiah atau Rafidhah?
Berdasarkan penjelasan diatas, bisa kita lihat
bahwasanya kata syiah memiliki makna yang positif dan baik, apalagi jika
dinisbatkan kepada Ali bin Abi Thalib, yang bermakna pengikut atau
penolong Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu. Adapun kata
Rafidhah berkonotasi negatif. Karena bermakna penolakan terhadap Abu
Bakar dan Umar Rodhiyallahu Anhu atau kepada Zaid bin Ali menurut
pendapat jumhur. Hal ini lah yang menyebabkan orang orang syiah tidak
suka disebut sebagai Rafidhah.10
Mereka menganggap bahwa penamaan ini berasal dari orang orang yang
benci dengan ajaran syiah. Meskipun jika melihat keadaan mereka yang
sebenarnya penamaan Rafidhah lebih tepat disematkan kepada mereka.
Selain itu juga penamaan syiah kepada mereka akan
menimbulkan kerancuan. Sebab syiah sendiri terpecah menjadi berkelompok
kelompok, yang diantaranya syiah zaidiyah, yang masih dekat dengan Ahlu
Sunnah. Sehingga jika dimutlakan istilah syiah, maka akan mencakup
seluruh aliran syiah, termasuk zaidiyah. Belum lagi jika kita melihat
syiah diawal kemunculannya. Yang hanya mengedepankan Ali bin Abi Thalib
dihadapan Utsman. Penamaan syiah secara mutlak kepada orang orang
Rafidhah akan menjadikan munculnya kesalahpahaman sebagian orang. Dengan
menganggap orang orang syiah diawal kemunculannya sama dengan orang
orang Rafidhah saat ini.
Meskipun memang tidak bisa kita pungkiri, jika
melihat realitasnya saat ini, tidaklah disebutkan nama syiah secara
mutlak kecuali maknanya akan kembali kepada syiah Rafidhah. Hal tersebut
selain karena syiah Rafidhah ajarannya mereprentasikan akidah kelompok
syiah yang lainnya secara umum, juga jika melihat sumber ajaran mereka
yang disebutkan dalam hadis dan riwayat yang tercantum dalam kitab kitab
mereka, telah mencakup ajaran berbagai macam kelompok syiah dalam
berbagai kurun waktu dimasa perkembangannya.11
Maka jikapun hendak menggunakan kata syiah, sebaiknya
disertai dengan kata yang khusus menunjukan kepada mereka orang orang
Rafidhah. Baik menyebutnya dengan syiah Rafidhah, atau syiah imamiyah, atau syiah itsna asyariyah, ataupun syiah ja’fariyah. Yang merupakan nama lain dari syiah Rafidhah.12
Wallahu ‘Alam bis Showab
Bersambung insya Allah….
***
Catatan kaki
1 Lihat An Nisa ayat 115
2 Lihat Al An’am : 55
3 HR. Bukhori : 3606
4 Ushul madzhabis Syiah, Dr. Nashir Al Qifari (Dar Khulafaur Rosyidin, Cet 1; 1433 H) hal. 27
5 Lihat perbedaan para ulama dan krittikannya dalam ushul madhabis Syiah, hal. 35-45
6
Diantara definisi yang paling mendekati kebenaran adalah definisi As
Syahrstani, beliau berkata, “syiah adalah mereka yang mengikuti Ali Radhiyallahu ‘Anhu
secara khusus. Meyakini kepemimpinan dan kekhalifahannya secara nash
dan wasiat, baik secara terang terangan maupun sembunyi sembunyi. Dan
meyakini bahwa kepemimpinan tidak lepas dari keturunannya. Jika kemudian
keluar dari keturunannya, maka itu terjadi karena kedholiman dari orang
lain atau taqiyah darinya. Mereka mengatakan bahwa kepemimpinan
bukanlah masalah kemaslahatan yang dilakukan berdasarkan pemilihan umum
dan diberlakukan oleh umum. Namun imamah merupakan masalah pokok dan
rukun agama yang tidak boleh bagi para rosul menyepelekan dan
melalaikannya, juga tidak boleh menyerahkannya kepada masyarakat umum.
(Lihat : Al Milal Wan Nihal 6/146)
7
Dan memang salaf dahulu berbeda pendapat mana yang lebih mulia antara
Utsman dan Ali. Namun perbedaan ini termasuk dalam ranah ijtihad. Bukan
merupakan masalah pokok dalam ajaran islam. sehingga karenanya kesalahan
dalam masalah ini tidak menjadikan seseorang sesat. Para sahabatpun
ketika itu tidak saling menyesatkan. (lihat penjelasan hal ini dalam Aqidah Wasathiyah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah)
8 Yang karenanya meskipun mereka dinamakan syiah, pada hakekatnya mereka adalah ahlu sunnah wal jama’ah. (Ushul Madzhabis Syiah, hal. 56)
9 Lihat Aqidatur Rafidhah Wa Mauqifuhum Min Ahlis Sunnah, Dr Ibrohim Ar Ruhaili, (Darun Nasihah, Cet 1; 1432 H) Hal. 15-17
10 Fikrul Khowarij Was Syiah Fie Miizani Ahlus Sunnah, Dr Ali As Shalabi (Darul Andalus, Cet 1; 1429 H0 Hal. 100
11 Lihat Ushul Madzhabils Syiah hal 88
sumber: muslim.or.id
0 Response to " Mengenal Syiah: Antara Syiah Dan Rafidhah "
Posting Komentar