Anakpondok-id.net | Segala amal seseorang dikendalikan oleh ideologinya.Beda ideologi akan merambah pada perbedaan praktek ibadah,akhlaq,dan bahkan muamalah.Ketika kita membandingkan praktek ibadah Syiah dan praktek ibadah yang di ajarkan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam,kita akan mendapatkan sekian banyak perbedaan.Demikian pula akhlaq dan muamalah antara syiah dengan yang di ajarakan Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam.
Pada bagian ini,kita akan meyoroti bagaimana Praktek Puasa Syiah.
Pertama,Bulan Ramadhan bukan bulan istimewa
Bagi syiah,Ramadhan bukan bulan istimewa untuk beribadah.Suasana semarak di bulan Ramadhan tidak seramai bulan Muharram atau Sya'ban.Seolah syiah ingin mengumumkan ke penjuru alam,bulan Ramadhan adalah bulan khusus untuk ahlus sunnah dan tidak ada yang istimewa bagi kami.Ramadhan memang bulan untuk puasa,namun bukan untuk rajin ibadah,menurut Syiah.
Kedua,Wajib berbuka ketika safar
Bagi syiah,orang yang melakukan safar puasanya batal.Artinya,dia wajib berbuka.Lebih ajaib lagi,hanya dengan melintasi jembatan yang membatasi dua daerah sudah dianggap safar dan wajib berbuka.
Kesaksian DR.Thaha Ad-Dailami dalam buku beliau Siyasah fie 'alami tasyayyu' (Perjalan di Negeri Syiah),menurut beliau,orang syiah terlalu menganggap mudah dalam memberikan uzur berbuka.Mereka mewajibkan berbuka untuk setiap safar dengan jarak paling dekat.Tokoh mereka memfatwakan agar siswa melakukan safar dekat setiap hari ke daerah yang dekat,jalan perjalanan pulang pergi di total menjadi safar,kemudian dia boleh tidak puasa.
Yang lebih menyedihkan adalah mereka tidak memastikan apakah itu harus di qadha ataukah gugur kewajiban.
Ketiga,Tarawih adalah Bid'ah
Mereka menganggap bahwa tarawih tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam.Menurut mereka,Tarawih adalah ajaran Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu.Karena kebencian mereka kepada Umar,mereka menolak shalat tarawih ini mentah-mentah.Dan mencap sesat kaum muslimin yang melaksanakannya.Bahkan mereka menyebut orang yang melaksanakan shalat tarawih sama halnya menjadikan Umar sebagai Nabi.Subhanallah,inilah tuduhan dusta mereka.
Itulah perspektif Ramadhan yang diyakini oleh Syiah La'natullah 'alaih
Apa yang telah kami paparkan merupakan salah satu bukti kesesatan Syi'ah
Kita memohon kepada Allah agar melindungi kita dari fitnah Syi'ah. Amiin.
Reposter : Ali Syam Ghuzyaanirrum
Editor : Izza Mujahid
Maroji' : Dari berbagai sumber
Bagi syiah,Ramadhan bukan bulan istimewa untuk beribadah.Suasana semarak di bulan Ramadhan tidak seramai bulan Muharram atau Sya'ban.Seolah syiah ingin mengumumkan ke penjuru alam,bulan Ramadhan adalah bulan khusus untuk ahlus sunnah dan tidak ada yang istimewa bagi kami.Ramadhan memang bulan untuk puasa,namun bukan untuk rajin ibadah,menurut Syiah.
Kedua,Wajib berbuka ketika safar
Bagi syiah,orang yang melakukan safar puasanya batal.Artinya,dia wajib berbuka.Lebih ajaib lagi,hanya dengan melintasi jembatan yang membatasi dua daerah sudah dianggap safar dan wajib berbuka.
Kesaksian DR.Thaha Ad-Dailami dalam buku beliau Siyasah fie 'alami tasyayyu' (Perjalan di Negeri Syiah),menurut beliau,orang syiah terlalu menganggap mudah dalam memberikan uzur berbuka.Mereka mewajibkan berbuka untuk setiap safar dengan jarak paling dekat.Tokoh mereka memfatwakan agar siswa melakukan safar dekat setiap hari ke daerah yang dekat,jalan perjalanan pulang pergi di total menjadi safar,kemudian dia boleh tidak puasa.
Yang lebih menyedihkan adalah mereka tidak memastikan apakah itu harus di qadha ataukah gugur kewajiban.
Ketiga,Tarawih adalah Bid'ah
Mereka menganggap bahwa tarawih tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam.Menurut mereka,Tarawih adalah ajaran Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu.Karena kebencian mereka kepada Umar,mereka menolak shalat tarawih ini mentah-mentah.Dan mencap sesat kaum muslimin yang melaksanakannya.Bahkan mereka menyebut orang yang melaksanakan shalat tarawih sama halnya menjadikan Umar sebagai Nabi.Subhanallah,inilah tuduhan dusta mereka.
Keempat, As-Sistani membolehkan mengunyah makanan bergetah pada siang hari bulan Ramadhan!!!
Sebuah kantor milik as-Sistani telah menyebarkan fatwa yang
memperbolehkan seseorang mengunyah makanan (permen) karet pada siang
hari bulan Ramadhan. Salah satu pengikutnya ada yang bertanya seraya
berucap: “Telah tersebar fatwa dari anda yang mulia, anda katakan bahwa
mengunyah makanan (permen) karet pada siang bulan Ramadhan tidak
termasuk membatalkan puasa, apakah hukum ini khusus untuk makanan yang
tidak ada rasa atau mencakup semua jenis makanan yang ada di pasaran?”
lalu ia jawab sebagai berikut: “Tidak apa-apa mengunyah makanan (permen)
karet dalam keadaan berpuasa sekalipun terdapat rasa di ludahnya,
asalkan makanan tersebut tidak hancur berkeping-keping kecuali jika
makanan itu tertelan bersama ludah saat pertama mengunyahnya. Seharusnya
orang yang berpuasa menjauhi hal itu, bukan lantaran meleburnya
kepingan-kepingan tersebut, tetapi itu diperbolehkan sekalipun dengan
kunyahan seperti sebelumnya.” Sumber: Situs as-Sistani, tentang tanya
jawab seputar puasa (masalah-masalah kontemporer).
Kelima, Boleh melakukan jima’ (hubungan suami isteri) di siang hari bulan Ramadhan!!!
Diperbolehkan juga bagi Syi’ah melakukan jima’ pada siang hari bulan
Ramadhan dengan cara yang dipandang oleh tokoh dan ulama besar Syi’ah
dalam paragraf ini adalah seperti yang tertuang dalam kitab Al-Kafi, bab
Ityan ad-Dubur (memasukkan kemaluan pada dubur wanita)… (Al-Kafi, 3/47:
4577) dan (At-Tahdzib, 4/319, no. 975) yaitu: dari Ibnu Mahbub, dari
sebagian penduduk Kufah, yang sampai kepada Abu Abdillah ‘Alaihis salam,
ia berkata tentang seorang laki-laki yang mendatangi isterinya melalui
duburnya sementara isterinya sedang melaksanakan puasa, katanya: “Hal
itu tidak membatalkan puasanya, dan tidak wajib baginya mandi.” Juga
dalam (Al-Kafi, 4578) dan (At-Tahdzib, 4/319, no. 977) dari Muhammad bin
Ahmad, dari Ahmad bin Muhammad, dari Ali bin Al-Hakam, dari seorang
laki-laki, dari Abu Abdillah ‘Alaihis salam berkata: “Jika seorang
laki-laki mendatangi isterinya melalui duburnya, sedangkan isterinya
saat itu sedang berpuasa, maka hal itu tidak membatalkan puasanya, dan
tidak wajib mandi baginya.”
Keenam, Boleh berbuka puasa walau sekedar menyeberangi sungai atau jembatan!!
Orang-orang Syi’ah sering kali menganggap remeh tentang persoalan yang
menjadi udzur diperbolehkannya berbuka puasa. Mereka mewajibkan berbuka
puasa saat safar (melakukan perjalanan) atau dengan jarak yang paling
dekat sekalipun!. Mereka membuat berbagai alasan yang tak berdasar yang
memperbolehkan hal tersebut, seperti: seorang penuntut ilmu pergi pada
hari-hari ujiannya untuk meminta fatwa, lalu difatwakan dia melakukan
safar pada setiap hari dengan jarak yang pendek ke suatu wilayah
terdekat, dan terhitung baginya jarak tempuh pulang pergi!. Juga
wajibnya berbuka puasa sekedar menyeberangi sungai apapun!!. Bahkan
wajib berbuka puasa bagi orang yang mendapati fajar terbit sementara ia
junub dan belum mandi besar. Dan ironisnya lagi, mereka tidak menekankan
wajibnya qadha’ (mengganti) puasa.
Ketujuh,Boleh merokok di siang hari bulan Ramadhan!!
Muncul fatwa yang memperbolehkan merokok pada siang hari bulan Ramadhan.
Diantara mereka ada yang memperbolehkan tindakan tersebut secara umum,
dan orang yang tergolong sederhana dalam hal ini ialah mereka yang
memperbolehkan maksimal tiga batang rokok dalam sehari. Fatwa ini
disandarkan kepada Muhammad ash-Shadr, seorang tokoh Syi’ah yang
terkenal dan kredibel di kalangan mereka.
Itulah perspektif Ramadhan yang diyakini oleh Syiah La'natullah 'alaih
Apa yang telah kami paparkan merupakan salah satu bukti kesesatan Syi'ah
Kita memohon kepada Allah agar melindungi kita dari fitnah Syi'ah. Amiin.
Reposter : Ali Syam Ghuzyaanirrum
Editor : Izza Mujahid
Maroji' : Dari berbagai sumber
0 Response to " Ramadhan ala Syiah | Kontradiktif dengan Ajaran Rosulullah "
Posting Komentar