Pentingnya belajar Tajwid


Apa Jadinya Jika Anda Ditunjuk Menjadi Imam Shalat & Tidak Faham Tajwid ?

Alkisah, ketika waktu maghrib tiba dan jamaah sudah cukup banyak berada di Masjid Rest Area jalan tol, beberapa orang berinisiatif untuk mengerjakan shalat berjamaah (memang seharusnya seperti itu), nah,ketika iqamat sudah dikumandangkan maka para jamaah yang tidak saling kenal itu saling mempersilahkan untuk menjadi Imam, maka pilihan jatuh kepada seorang yang tampaknya "alim" nampak bajunya juga "islami" plus - maaf – berjenggot (meskipun yang berjenggot dan fasih baca Al Qur'an juga buaanyak, karena memang "berjenggot" tidak menjamin seseorang itu alim dan fasih membaca Al Qur'an) . "Allahu Akbar" Takbiratul Ihram sang Imam terdengar , serentak makmum bertakbiratul Ihram, " Alhamdulillahirabbul 'alamiin"….(nampaknya Imam ini tidak bermadzhab syafii, kemungkinan bermadzhab Maliki (madzhab ini berpendapat bacaan basmalah bukan bagian dari Al fatihah) atau Hanafi atau Hanbali (dua madzhab ini berpendapat bahwa Basmalah adalah bagian dari Al fatihah, namun bacaannya dengan suara hampir "sirr" tak terdengar)..bacaan barikutnya : Arrahmanirrahim (dengan membaca Ra (seperti kata –roti-) dibaca Ra (seperti kata –rajin-), …Maliki yaumiddin (dibaca oleh si Imam yaumid(dh)in seperti kata –kuda-) terus baca ..ketemu "shirathal ladzina … ( dibaca lazzina…), ….dan seterusnya hingga shalat selesai .

Dalam Kitab Al Majmu III/250-251 dan Tuhfah al Muhtaj II/37 disebutkan : Syarat sah membaca Al Fatihah adalah harus sesuai dengan kaidah Ilmu Tajwid serta seluruh hurufnya (142 huruf) dan tasydidnya (14 tasydid). Apabila terdapat satu saja huruf atau tasydid yang tidak terbaca atau tertukar dengan huruf lain seperti: ذ dibaca ز atau س dibaca ص atau sebaliknya, maka bacaan Al Fatihahnya tidak sah, dan berarti Shalatnya tidak sah juga karena dianggap tidak membaca Al fatihah…naudzubillah

Padahal Rasulullah bersabda dalam hadits dari Ubadah bin Shamit: 

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ

Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca surat Al-Fatihah. (HR. Al-Bukhari) 

Ibadah yang didalamnya ada Rukun atau Wajib untuk membaca ayat atau surat Al Qur’an, seperti Ibadah Shalat, -memang- boleh jadi menjadi tidak sah/batal. Apalagi, bila kesalahan membaca tersebut dilakukan oleh Imam Shalat misalnya. Oleh sebab itu sudah seharusnya mulai sekarang kita - mau tidak mau- kita belajar Alquran; dari mulai cara membaca, memahami dan sekaligus mengamalkan isi dan kandungannya (Al Qur’an).

Al Qur’an hendaknya dibaca sesuai dengan tata cara membacanya (jelas atau samar, dengung, qalqalah, panjang pendeknya huruf, kapan waqaf/berhenti, kapan terus dan sebagainya) (

Rasulullah bersabda :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ بَشَّرَاهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَقْرَأَ الْقُرْآنَ غَضًّا كَمَا أُنْزِلَ فَلْيَقْرَأْهُ عَلَى قِرَاءَةِ ابْنِ أُمِّ عَبْدٍ) أحمد ، ومسلم ، وابن ماجه ، والحاكم(

Dari Abdullah bin Mas’ud رضي الله عنه sesungguhnya Abu Bakar, Umar menyaksikan bahwa Rasulullah bersabda : Barangsiapa ingin membaca Al Qur’an dengan merdu sebagaimana ketika diturunkan, hendaklah ia membacanya menurut Bacaan Ibni Ummi Abdi ( Abdullah bin Mas’ud) (Hadits riwayat Ahmad, Muslim, Ibn Majah dan Hakim – Hadits ini Shahih menurut Syarat Shahihain)


Imam Jalalluddin As Suyuty dalam Kitab “ الإتقان في علوم القرآن “, setelah mengutip hadits nabi Muhammad dari Abdullah bin Mas’ud r.a tersebut di atas, beliau mengatakan :

“ Bila Al Qur’an dibaca tidak dengan Ilmu Tajwid akan tejadi kesalahan, baik kesalahan yang jelas (Jaly) atau samar (khafy)

Jadi, meskipun sudah menguasai Bahasa Arab, tetap dilarang membaca Al Qur’an tanpa mengikuti kaidah ilmu tajwid. Disamping itu, hendaknya dibaca dengan suara yang sebagus-bagusnya, tidak asal bunyi dan tidak asal membaca seperti orang berbicara.

Dan sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk jasmani kita atau rupa dan baju kita tetapi Allah akan melihat kepada hati kita (terjemahan hadits Shahih Muslim)..iya..Hati adalah "isi" kualitas dan performance ke –Alim-an sesorang, bukan "baju" atau "model penampilan" yang seakan-akan dia itu 'alim (berpengetahuan,) ini tidak berbeda dengan 'dummy" handphone, sepertinya handphone beneran (karena, size, berat dan bentuknya sama persis) tapi ternyata cuman "mainan". Dan ..mari kita perbaiki diri kita di bulan suci ini, dengan Ta'lim Al Qur'an, perbaiki "makhraj" pelajari Tajwid dan bacalah Al qur'an menurut hak nya, bacalah Al Qur'an menurut standarnya, mudah-mudahan Al qur'an yang kita baca itu menjadi syafaat penolong kita nanti, amin ya rabbal alamin.. ^^

sumber

0 Response to " Pentingnya belajar Tajwid "

Posting Komentar